0

Soft Competensi: Penting, tapi Tidak Dipentingkan


Mat Sahudi

Kompetensi lunak (Soft  skill competency) merupakan istilah yang berkaitan dengan pengelolaan diri dan orang lain, seperti karakter kepribadian, spiritual, jiwa sosial, kemampuan komunikasi, kebiasaan pribadi, keramahan, motivasi, insiatif dan optimisme.  Sementara itu, kompetensi keras (hard skill competency)  mengacu kepada keterampilan teknis dan procedural.
ð             Kompetensi Lunak : Penting
1.             Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah  mengamanatkan agar pendidikan mengembangkan kompetensi lunak dan kompetensi keras.
”Pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat”
Sementara itu menurut UNESCO, tujuan belajar yang dilakukan oleh peserta didik harus dilandaskan pada empat pilar yaitu learning how to know, learning how to do, learning how to be, dan learning how to live together.Dua landasan yang pertama mengandung maksud bahwa proses belajar yang dilakukan peserta didik mengacu pada kemampuan mengaktualkan dan mengorganisir segala pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki masing-masing individu dalam menghadapi segala jenis pekerjaan berdasarkan basis pendidikan yang dimilikinya (memilik Hard Skill). Dengan kata lain peserta didik memiliki kompetensi yang memungkinkan mereka dapat bersaing untuk memasuki dunia kerja. Sedangkan dua landasan yang terakhir mengacu pada kemampuan mengaktualkan dan mengorganisir berbagai kemampuan yang ada pada masing-masing individu dalam suatu keteraturan sistemik menuju suatu tujuan bersama. Maksudnya bahwa untuk bisa menjadi seseorang yang diinginkan dan bisa hidup berdampingan bersama orang lain baik di tempat kerja maupun di masyarakat maka harus mengembangkan sikap toleran, simpati, empati, emosi, etika dan unsure psikologis lainnya. Inilah yang disebut dengan Soft Skill.
2.             Keberhasilan seseorang  lebih dominan ditentukan oleh kompetensi lunak di bandingkan oleh kompetensi keras
Hasil penelitian dari Harvard University Amerika Serikat mengungkapkan bahwa kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan keterampilan teknis (hard skill), tetapi oleh keterampilan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 18 % dengan hard skill dan sisanya 82 % dengan soft skill. (Suara Merdeka, 4 Oktober 2004). Buku berjudul: Lesson From The Top karangan Neff dan Citrin (1999) memuat sharing dan wawancara 50 orang tersukses di Amerika: mereka sepakat yang paling menentukan kesuksesan bukanlah keterampilan teknis melainkan kualitas diri yang termasuk dalam keterampilan lunak (softskills) atau keterampilan berhubungan dengan orang lain (people skills).
Hasil survai Majalah Mingguan Tempo (20 Mei 2007)  tentang keberhasilan seseorang mencapai puncak karirnya karena memiliki karakter: mau bekerja keras, kepercayaan diri tinggi, mempunyai visi ke depan, bisa bekerja dalam tim, memiliki kepercayaan matang, mampu berpikir analitis, mudah beradaptasi, mampu bekerja dalam tekanan, cakap berbahasa inggris, dan mampu mengorganisir pekerjaan,.
Survei kepada 457 pemimpin, tentang 20 kualitas penting seorang juara mendapati hasil berturut-turut adalah kemampuan komunikasi, kejujuran/integritas, kemampuan bekerja sama, kemampuan interpersonal, beretika, motivasi/inisiatif, kemampuan beradaptasi, daya analitik, kemampuan komputer, kemampuan berorganisasi, berorientasi pada detail, kepemimpinan, kepercayaan diri, ramah, sopan, bijaksana, indeks prestasi (IP >= 3,00), kreatif, humoris, dan kemampuan berwirausaha. IP yang kerap dinilai sebagai bukti kehebatan mahasiswa, dalam indikator orang sukses tersebut ternyata menempati posisi hampir terakhir, yaitu nomor 17. (Survai dari National Associatia of College and Employee (NACE) USA 2002)
ð             Kompetensi Lunak : Tidak dipentingkan 
Bagaimana kenyataanya pendidikan kita? Apakah sebagian besar menu kompetensi yang diajarkan lebih didominasi kompetensi lunak?  Apakah kompetensi yang sudah dipunyai para pendidik lebih dominan pada kompetensi keras ataukah kompetensi lunak?
Fakta menunjukkan, banyak lulusan hanya pandai menghafal pelajaran dan sedikit punya keterampilan ketika sudah di lapangan kerja. Mereka mampu menjadi operator tetapi lemah dalam kepemimpinan.
Terkait dengan hal tersebut, menurut World Competitiveness Yearbook tahun 2009 tentang daya saing, Indonesia menempati peringkat ke- 42. Angka ini sebenarnya meningkat dibanding tahun sebelumnya yang membuat Indonesia berada di posisi 51. Meski demikian, peringkat daya saing Indonesia tersebut masih tertinggal dibanding negara Asia Tenggara lain seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Singapura menempati posisi ketiga, sedangkan Malaysia berada di peringkat ke-18, dan urutan 26 ditempati oleh Thailand.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Direktur Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Depdiknas: para lulusan perguruan tinggi cenderung memiliki karakter cepat bosan, bermental lemah, tidak dapat membina kerja sama, serta tidak memiliki integritas. “Banyak sarjana yang tidak tahan menghadapi dunia kerja. Maksudnya,jika mereka sudah menandatangani kontrak dua tahun, baru enam bulan sudah bosan. Tidak sedikit yang mundur tanpa pemberitahuan kepada perusahaan.
Kenyataan-kenyataan tersebut, menunjukkan bahwa komposisi dan bobot kompetensi-kompetensi yang diperoleh di bangku pendidikan, tidak relevan dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan kerja.
0

Mengapa Anak Mirip Orang Tua

Pernahkah Anda mencoba mengamati penampakan satu persatu anggota keluarga kita.  Apakah ternyata penampakan anggota keluarga kita ternyata saling menyerupai.  Dan apakah ternyata berbeda dengan anggota keluarga lain di sekitar tempat tinggal kita?

Pada kenyataannya, setiap anak adalah mirip kedua orang tuanya dan kakak-adiknya.   Mengapa demikian?

Karena, penampakan anak ditentukan oleh gen yang diwariskan ibu bapaknya dan daya dukung lingkungannya. Pada anak tertentu gen ibunya yang dominan sehingga ia lebih menyerupai ibunya.  Sementara pada anak lain, gen ayahnya yang dominan sehingga ia lebih menyerupai ayahnya.  Juga pada lain anak, gen ibunya dan ayahnya berbagi, sehingga ia agak menyerupai ibunya sekaligus agak menyerupai ayahnya.

Gen merupakan potensi pembawa sifat, yang penampakan pada seseorang bergantung kepada daya dukung lingkungan.  Misalnya, seseorang mempunyai gen yang berpotensi tinggi badannya mencapai 190 cm.  Bila seseorang tersebut, lingkungannya tidak mendukung: misalnya kekurangan gizi, maka mungkin tinggi badan orang tersebut hanya mampu mencapai 185 cm.

Oleh karena itu, pilihlah calon pasangan hidup Anda, orang yang gennya baik dan tumbuh-kembang pada lingkungan yang baik.  Setelah itu, hiduplah Anda beserta pasangan Anda dan anak-anak Anda, pada lingkungan yang baik.